Halaman
Cerita Pendek, Apa itu?
165
Kini kita memasuki era globalisasi. Peran media elektronik dan media cetak
begitu dominan. Pada akhirnya ada pemeo,
tiada hari tanpa TV
. Lalu, apa yang
menarik dari TV? Tentu saja tayangannya. Di antaranya adalah hiburan berupa
sinetron, drama, film, ketoprak, lawak, humor, atau hiburan lain. Melalui pelajaran
ini Anda berlatih memahami salah satu hiburan tersebut, yaitu drama.
Media cetak seperti majalah dan koran pun tidak mau kalah bersaing. Salah
satu rubrik yang boleh dikatakan selalu ada adalah cerita pendek atau cerpen.
Bahkan pernah ada majalah khusus cerita pendek. Hal ini menunjukkan bahwa
cerpen disukai. Apa yang disukainya? Sudah tentu ceritanya. Nah, melalui
pelajaran ini Anda dapat mempelajari apa, siapa, dan bagaimana tentang cerpen.
Pelajaran 13
Cerita Pendek, Apa itu?
Kemampuan Bersastra
Sumber:
blogger. com; sangkanparan.files.wordpress.com
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
166
A. Mendengarkan
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengidentifikasi penokohan, dialog, dan
latar dalam pementasan drama.
Menonton Drama
Secara maknawi kata
drama
tidak berbeda dengan
sandiwara
dan
sinetron
. Istilah itu
mengacu pada satu kesatuan cerita yang disajikan dalam bentuk dialog. Daripadanya,
pendengar atau penonton akan tahu siapa yang melakukan dialog, apa yang mereka dialogkan,
di mana mereka berdialog, kapan mereka berdialog, bagaimana alur ceritanya, apa tema
ceritanya, dan apa pesan yang disampaikan melalui drama tersebut.
Contoh berikut mestinya tidak ditulis, tetapi didengarkan. Penulisannya disesuaikan dengan
apa yang terdengar, tanpa huruf besar.
suara musik
suara kicau burung dari jauh; suara gelas diletakkan di baki
s
uara laki-laki
:
ratnaaa!
suara perempuan
:
ya, mas!
suara laki-laki
:
semua sudah kausiapkan?
suara perempuan
:
s
udah, mas. o, iya, surat-surat yang mas perlukan? sudah mas
siapkan belum?
suara laki-laki
:
coba periksa di dalam tas yang akan aku bawa!
suara rit ditarik-tarik; kertas-kertas bergeser; suara minuman diseruput.
suara perempuan
:
o, s
udah ada, nih.
suara senyap sejenak
suara perempuan
:
ber
apa lama mas kasmidi di jakarta?
suara laki-laki
:
barangkali hanya tiga hari.
Alam Sutawijaya dan Mien Rumini, 1986
Dari dialog di atas kita dapat menetapkan bahwa pelakunya adalah Ratna dan suaminya,
Kasmidi. Bahkan latar tempat, dalam rumah, dan latar waktunya, ketika suaminya hendak
berangkat kerja, dapat kita tetapkan pula.
Uji Kompetensi 13.1
Tontonlah sebuah drama atau sinetron di layar TV secara berkelompok! Catat stasiun TV
yang menayangkannya, hari, tanggal, dan jam tayangnya, pelaku-pelakunya, latar ceritanya,
alur ceritanya, temanya, dan amanatnya! Setelah itu, tuliskan apa yang Anda temukan ke
dalam laporan tertulis!
Cerita Pendek, Apa itu?
167
B. Berbicara
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menceritakan secara lisan narasi yang
berasal dari cerpen atau novel yang pernah dibaca.
Menceritakan kembali isi cerpen
Sesuai dengan namanya cerpen itu singkat. Ada yang menyatakan cerpen habis dibaca
sekali duduk. Yang diceritakan adalah tokoh, perbuatan, latar, dan alur ceritanya dari sudut
pandang tertentu.
Uji Kompetensi 13.2
Bacalah cerpen berikut, pahami alur ceritanya, kemudian ceritakan ringkasan ceritanya!
Kan Kusediakan Waktu
Oleh Lena D
Uh, betapa sibuknya aku hari ini. Ah salah! Bukan hari ini saja, tiap hari aku sibuk!
Banyak sekali kegiatan yang kuikuti. Les piano, les tari Bali, les bahasa Inggris, serta
les renang. Belum lagi kegiatan sekolah seperti jadi pengurus OSIS, koperasi, dan
majalah dinding sekolah. Ditambah lagi jadi anggota vokal grup.
Pantas kan kalau aku pulang capek begini? Tadi ada rapat OSIS. Seharusnya
pulang sekolah pukul setengah satu jadi mundur satu jam.
“Halo Mbak Karin!” adikku, Aya, membukakan pintu. “Terlambat lagi, ya?”
Aku hanya menanggapi dengan senyum. Dijelaskan mengenai rapat tadi, toh adikku
ini tak akan mengerti.
Setelah berganti pakaian, aku dan Aya makan siang bersama. Sebenarnya Aya
bisa makan lebih dulu. Tetapi, Aya lebih suka makan bersama-sama denganku. Di
meja makan, ada-ada saja ceritanya.
“Mbak Karin, Aya ada PR,” lapornya padaku.
“Pasti .. matematika!” tebakku. Habis, pelajaran apalagi yang menyulitkan adikku
yang kelas dua SD itu?
“Seratus!” Aya mengacungkan jempolnya. Mbak Karin yang bantu membuatnya,
ya, jangan Mama terus!”
Aku mengangguk saja.
“Habis tidur siang, ya!”
Sekali lagi aku mengangguk.
Tetapi astaga, aku baru bangun pukul empat. Tak ada waktu lagi membantu Aya
mengerjakan PR. Aku harus segera berangkat ke tempat les bahasa Inggris.
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
168
“Mbak Karin jangan pergi, dong!” Aya merengek ketika melihatku berkemas-kemas.
“Mbak mau les.”
“Tadi sudah janji ...” Aya merajuk.
“Minta tolong Mama sajalah!”
“Mama melulu.”
“Kalau begitu, nanti malam saja, ya!” usulku.
“Mbak pasti sibuk lagi,” tukas Aya.
“Oh ...ya!” Aku menepuk dahiku. “Nanti malam Mbak Karin harus membuat laporan
rapat tadi siang.”
Aya meninggalkanku dengan kecewa. Tak tega aku melihatnya. Tetapi, bagaimana
lagi?
“Karin,” Mama menegurku. “Jangan mengecewakan adikmu terus-menerus, dong!”
“Bukan maksud Karin, Ma,” sahutku.
“Mama mengerti,” ujar Mama. “Mama senang kau ikut banyak kegiatan. Tapi,
Mama lebih senang kalau kau juga punya waktu luang untuk adikmu. Jangan sampai
kau melupakannya!”
Ah, Mama ada-ada saja. Tentu saja aku tak akan melupakan Aya. Dia kan adik
satu-satunya. Aku sayang padanya. Sering sekali Mama mengada-ada. Masa, Mama
pernah mengusulkan agar aku mengajak Aya ke tempat les piano dan tari Bali. Itu kan
hanya merepotkan saja. Apalagi kalau mengajaknya renang. Uh, bisa-bisa waktuku
habis untuk mengawasinya.
Kadang-kadang aku sadar Aya kesepian. Tetapi dia terlalu kecil untuk jadi teman
bermainku. Bila hari Minggu aku lebih suka bermain-main dengan teman-teman
sebayaku. Padahal aku tahu Aya ingin berada di dekatku. Aya begitu bangga padaku.
Ah, memikirkan Aya, aku jadi sedih. Sepulang les, aku janji akan menemaninya
mengerjakan PR.
Bukan Aya yang kujumpai ketika pulang, melainkan sehelai surat di meja belajarku.
Gemetar aku membacanya.
Mbak Karin,
Mama Dian juga bisa membantu Dian mengerjakan PR matematika. Tapi, Mbak
Riri yang lebih sering membantu.
Kenapa Mbak Karin nggak bisa begitu? Aya tidak akan pulang, Mbak Karin. Aya
mau tinggal di rumah Dian saja. Aya mau jadi adiknya Mbak Riri. Bilang sama Mama,
ya ...
Kubaca surat pendek itu berulang-ulang. Aku tak tahu mesti melakukan apa.
“Karin!” terdengar panggilan Mama. “Coba kaususul adikmu di rumah Dian! Heran,
buat PR saja sampai petang begini!”
Bagai terbang aku ke rumah teman adikku itu. Syukur, Aya mau pulang.
Sepanjang perjalanan, kupegang tangan Aya erat-erat. Tak kan kubiarkan ia jadi
adik orang lain. Aku kan bisa jadi Mbak Riri bagi adikku sendiri.
“Mbak Karin tidak baca surat Aya?” tanya Aya.
Aku mengangguk.
Cerita Pendek, Apa itu?
169
“Kenapa Mbak Karin menjemput Aya?”
Aku menghentikan langkahku. Kupegang kedua tangan adikku dan membungkuk
menatap wajah beningnya.”
“Karena Mbak punya waktu untuk menjemputmu,” jawabku. Juga untuk mengerjakan
PR, juga ...”
“Sungguh?”
Kurengkuh dia. Aku berjanji, kan kusediakan waktu untuknya.
Dari Sujiati, dkk
Bahasa Indonesia 1
C. Membaca
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam
cerita pendek.
Menganalisis Nilai-Nilai Dalam Cerpen
Cerpen termasuk karya sastra. Sifatnya
dulce et utile.
Artinya
,
kecuali menghibur, juga
bermanfaat. Mengapa? Di dalamnya terkandung nilai-nilai seperti nilai religius, nilai moral,
nilai budaya, dan nilai sosial. Nilai-nilai itu dapat memperhalus budi pekerti pembaca.
Uji Kompetensi 13.3
Umumnya cerita pendek mengisahkan tokoh dengan sifatnya masing-masing. Lebih dari itu,
tokoh tersebut biasanya memegang teguh prinsip yang menyiratkan nilai-nilai tertentu. Begitulah
yang terdapat pada penggalan ”Kan Kusediakan Waktu” di atas. Bicarakan dengan teman-
teman, tokoh dan nilai mana yang dipegangnya teguh-teguh!
D. Menulis
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menulis cerita pendek berkenaan dengan
kehidupan seseorang dengan sudut penceritaan orang ketiga.
Menulis Cerpen
1. Menelaah cerpen
Sesuai dengan namanya, cerpen itu cerita singkat. Tokoh yang dikisahkan umumnya
manusia. Ia diberi sifat (watak, karakter) tertentu. Ada yang wataknya diceritakan langsung
oleh pengarang, ada yang tidak langsung (melalui dialog antarpelaku atau melalui tingkah
lakunya). Ia dikisahkan dalam rangkaian peristiwa (alur) dalam latar ruang, waktu, dan
situasi tertentu.
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
170
Bagan 13.1 : Plot atau Alur
(4) Puncak Pertikaian (
Climax
)
(3) Perumitan (
Rising action
)
(2) Pertikaian (
Generating Circumtances
) (5) Peleraian (
Denoument
)
(1) Perkenalan (
Introduction
)
Awal Cerita
Akhir Cerita
Cerpen ada yang dikisahkan dari sudut pandang orang pertama. Dengan cara ini
pengarang mengisahkan dirinya sendiri. dengan gaya
aku-an.
Adapula yang dikisahkan
dari sudut pandang orang ketiga dengan gaya
dia-an.
Uji Kompetensi 13.4
Susunlah sebuah cerita pendek dari sudut pandang orang ketiga dengan rambu-rambu
sebagai berikut.
a.
Cerita merupakan kisah, bukan informasi.
b. Secara umum cerpen disusun dengan langkah (1) menentukan topik, (2) menyusun
kerangka, (3) mengembangkan kerangka, dan (4) menyunting (pengembangan, kalimat,
pilihan kata, dan ejaannya).
c. Tema, alur, latar cerita, gaya Anda berkisah, dan lain-lain bebas!
E. Ada Apa dalam Sastra Kita
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengaplikasikan komponen kesastraan
teks naratif untuk menelaah karya sastra naratif.
Komponen Cerita Pendek
Sebagai teks naratif, cerita pendek memiliki unsur intrinsik yang dominan, seperti
(1) alur cerita (
plot
), (2) tokoh dengan pewatakannya, (3) latar cerita (
setting
), (4) sudut pandang
pengarang (
point of view
), (5) tema, dan (6) amanat.
Cerita Pendek, Apa itu?
171
1. Alur atau
Plot
Dalam sebuah cerita pendek Anda dapat menangkap alur cerita atau jalinan peristiwa
dari awal sampai akhir cerita. Berdasarkan urutannya, alur dibedakan menjadi 3, yaitu alur
maju, alur mundur, dan alur maju-mundur. Alur maju (
progresif
) digunakan untuk menyajikan
rangkaian peristiwa permulaan hingga peristiwa terakhir secara kronologis. Kalau peristiwa
pertama diberi nomor 1, peristiwa kedua 2, peristiwa ketiga 3, dan seterusnya, alur maju
dapat dilukiskan sebagai berikut.
Alur Maju
:
Peristiwa 1
o
2
o
3
o
4
o
5
Alur mundur (
regresif
), digunakan untuk menyajikan rangkaian peristiwa dari masa
lampau (akhir cerita), disusul peristiwa-peristiwa sebelumnya. Secara skematis, alur mundur
dapat dilukiskan sebagai berikut.
Alur Mundur
:
Peristiwa n ...
o
4
o
3
o
2
o
1
Alur maju-mundur/sorot balik (
flash back
) digunakan untuk menyajikan rangkaian
dengan alur maju, tetapi di tengah cerita dikisahkan kembali masa lalu. Alur flashback
dapat dilukiskan dengan skema sebagai berikut.
Flashback
:
Peristiwa 4
o
5
o
1
o
2
o
3
o
6
o
... n
Dalam cerita pendek suatu alur tidak dikembangkan secara bebas, tetapi selalu terarah
pada fokus tertentu, mungkin pada puncak pertikaian atau pada peleraiannya.
2. Pelaku atau Tokoh dan Wataknya
Biasanya tokoh cerpen selalu orang atau yang diorangkan, satu atau lebih. Kalau
lebih dari seorang, biasanya ada yang menjadi sentral cerita. Dialah pelaku utama. Dialah
yang diberi peran memperjuangkan ide. Kecuali itu, ada pelaku yang mendampinginya.
Pelaku sampingan ini berperan membantu misi yang diemban pelaku utama. Baik pelaku
utama maupun sampingan oleh pengarang diberi sifat atau watak tertentu, ada watak
yang dilukiskan secara langsung (
analitik
). Ada pula yang dilukiskan secara tidak langsung
(
dramatik
), baik melalui lukisan fisik, tingkah laku, percakapan, maupun melalui lukisan
lingkungannya.
Uji Kompetensi 13.5
Tentukan (1) pelaku (watak dan cara pengarang melukiskannya); dan (2) alurnya (maju, mudur,
atau flashback)!
1.
Setelah menggeledah pakaianku, ia menumpahkan perhatiannya kepada arloji tanganku.
Karena melihat badanku yang tak seberapa itu, ia tak peduli tanganku kuangkat atau
tidak. Ia menggenggam tangan kiriku untuk mencopot arloji. Sayang bannya agak sukar
membukanya kalau dengan tangan satu. Karena itu tangan kanannya ikut maju (Nugroho
Notosusanto, ‘Vickers Jepang’).
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
172
○○○○○○○○○
2. Doa itu sudah berapa ratus ribu kali ia (
Warsi
, red.) ucapkan. Doa yang selalu menyertai
pertumbuhan anaknya, Warih, yang kini menjadi jejaka. Waktu melaju begitu cepat, pikir
Warsi. Ia ingat ketika Warih masih bayi, ia menanam pohon nangka di halaman rumahnya.
Pohon itu kini telah tumbuh tinggi dan berbuah lebat. Warih pun, seperti yang selalu ia
ucapkan dalam doa, kini menjelma pohon yang begitu kukuh. Warsi merasa tidak pernah
sia-sia menyirami dan merabuki pohon itu.
“Bu, kalau sudah besar aku ingin membunuh naga itu.”
Ucapan Warih itu selalu terngiang di telinga Warsi (Indra Tranggono, “Pembunuh Naga,”
Kedaulatan Rakyat
, 9 Juli 2006).
Rangkuman
1. Apabila menonton
drama,
sandiwara, dagelan, ketoprak, wayang, fragmen,
atau
sinetron,
kita pada dasarnya menyaksikan sebuah lakon. Kita akan mengikuti tokoh-
tokoh dengan watak dan perilaku masing-masing, jalan ceritanya, dekorasi panggung
yang menggambarkan tempat, kapan, dan situasi ketita peristiwa yang dialami pelaku
tersebut berlangsung. Bahkan untuk mempertegas lakon dapat diperkuat dengan
ilustrasi musik dan cahaya.
2. Menceritakan kembali cerpen hanya dapat dilakukan apabila ceritanya sudah dibaca
dan jalan ceritanya diketahui.
3. Salah satu unsur intrinsik cerita pendek adalah pelaku dengan sifat, watak, dan
perilakunya masing-masing. Sikap, perilaku, dan pembicaraan mereka biasanya
menyiratkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan, seperti
nilai religius, nilai moral, nilai budaya, dan nilai sosial.
4. Menulis cerita pendek itu gampang. Asal ada kisah mengenai kehidupan seorang
tokoh, misalnya, lalu diceritakan, jadilah sebuah cerita pendek. Tokoh tidak harus
orang lain, diri pengarang sendiri pun boleh diceritakan.
5. Dalam sebuah cerita pendek kita dapat menangkap jalinan peristiwa (
alur
) dari awal
sampai akhir cerita. Anda pun dapat mengetahui tokoh yang diceritakan, watak,
dan cara pengarang melukiskannya. Lebih dari itu, Anda juga dapat mengetahui
persoalan yang dihadapi oleh pelaku-pelakunya. Semua itu dikisahkan secara
ringkas, tetapi dapat memberikan kesan mendalam pada diri pembaca.
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Cerita Pendek, Apa itu?
173
Evaluasi
1. Tentukan pelaku dan perwatakannya pada penggalan drama yang mestinya hanya
didengarkan berikut!
suara laki-laki 1 :
kau boleh kawin dengan anakku. tetapi, tidak boleh kau bawa pulang
ke Sumatra.
suara laki-laki 2 :
minah akan saya bawa pulang ke daerahku karena saya berjanji
kepada orang tuaku, selesai sekolahku, aku akan membangun
daerahku.
suara laki-laki 1 :
kalau kau pulang, pulanglah. minah tak usah dibawa!
suara laki-laki 2 :
apa sebab, pak?
suara laki-laki 1 :
minah tidak bisa berbahasa Batak. nanti di sana tidak bisa ngmong
apa-apa!
suara laki-laki 2 :
oh, tidak, pak. kami di sana tidak mempergunakan bahasa Batak.
kami mempergunakan bahasa Indonesia.
2. Bacalah penggalan berikut, kemudian jawablah pertanyaan yang menyertainya!
“Halo, Pak Pong, apa kabar? Saya senang bertemu Kakak di sini. Bagaimana Ibu,
Bapak, dan Dik Tinah?” ujarnya datar tanpa emosi.
Laki-laki yang bernama Pak Pong itu hanya melompong.
“Kakak, Ibu, Dik Tinah?” dia sempat mencatat kata-kata baru. “Bukankah kata-kata
itu dulu berbunyi, “Kakang, simbok, dan gendukku Tinah?”
“Baik, Baik, Dik, semua kirim salam rindu padamu,” katanya dengan latah, ”dik”nya
terasa kaku di lidah. Dulu, orang yang ada di depannya itu dipanggilnya dengan “le” saja,
ketika masih sama-sama memandikan kerbau di sungai, tiap sore.
Totilawati Tjitrawasita,
“Jakarta”
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan teks tersebut!
a. Siapa dan bagaimana watak pelaku cerita tersebut?
b. Dari sudut pandang manakah cerita di atas dikisahkan?
3. Peristiwa apa sajakah yang terdapat pada penggalan berikut?
Waktu beberapa orang Belanda-Indo menaikkan bendera merah-putih-biru di hotel
Yamato, orang-orang Indonesia tercengang-cengang. Orang-orang tercengang bertambah
banyak dan bertambah lama bertambah mendekati hotel itu. Tiba-tiba melompat seorang
pemuda ke depan. Dipanjatnya tiang bendera, dirobeknya kain biru dari bendera itu. Or-
ang-orang tercengang bertepuk dan bersorak, tapi orang-orang Belanda-Indo marah-marah.
Bukan untuk dirobek mereka menaikkan bendera. Mereka terkenang kepada masa tiga
setengah tahun yang lalu dan kepada ayah-ayahnya – Belanda betul-betul. Dan mereka
terhina seperti ayah-ayahnya sendiri ditelanjangi orang. Karena itu mereka marah-marah.
Dan waktu marahnya menjadi pukulan dengan tinju, terjadi keributan seperti dalam pilem-
pilem cowboy. Dan waktu pilem habis, datang mobil-mobil ambulance cepat-cepat dan
setelah berisi muatan, mobil-mobil itu berangkat pula.
Idrus,
“Surabaya” dalam Jassin
, Gema Tanah Air
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
174
4. Di mana, kapan, dan dalam situasi bagaimanakah kisah dalam penggalan berikut terjadi?
Wajahnya pucat, tetapi matanya tidak redup. Seperti ada cahaya bening dan kuat
memancar dari bola matanya.
“Kau harus tetap menyeberang jalan ini,” kata yang perempuan lagi.
“Ya, kita harus tetap menyeberang jalan sialan ini,” sahut lelakinya.
Mobil, bus, becak motor, dan sepeda berseliweran di depan dan belakang mereka.
Kendaraan-kendaraan itu mengeluarkan suara keras, ganas, dan aneh di telinga mereka.
Bunyi mesin, klakson, dan gesekan ban dengan aspal atau rem mereka dengar seperti
tidak teratur atau seperti suara rimba yang menggetarkan hati.
Mustofa W. Hasyim,
“Dua Orang Sakit Menyeberang Jalan”
5. Bagaimanakah cara pengarang melukiskan watak pelaku pada penggalan cerpen berikut?
Setiap orang tua menganggap dirinya paling tahu, yang paling “kuasa” menentukan
segalanya, padahal kenyataannya masih ada yang lebih kuasa lagi, yaitu Tuhan. Jika
sekarang anakku mengira dia berhak melarangku berbuat sesuatu terhadap anaknya,
cucuku, mungkin dia benar. Lingkungannya telah menempanya bersikap begitu. Aku hanya
seorang nenek, sedangkan dia adalah ibu bagi anaknya.
Pengalaman ini harus kucermati sebagai suatu pelajaran guna menyambut kelahiran
cucu-cucuku lainnya. Untuk kesekian kalinya kunyatakan bahwa belajar tidak ada batasan
waktu dan usia.
NH Dini,
“Ajaran Kehidupan Seorang Nenek” Kompas,
6 Maret 2005
Refleksi
Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban
Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.
Tabel Penguasaan Materi
Skor
Tingkat Penguasaan Materi
85 – 100
Baik sekali
70 – 84
Baik
60 – 69
Cukup
< 60
Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang
berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi
pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.